Warnanya hitam
dan putih, mirip belang zebra, adalah motor yang selalu menemaniku kemana saja
melintasi kotaku. Aku tidak akan bisa sebebas mungkin mengelilingi dan
melintasi kotaku dengan mudahnya tanpa motorku ini. Aku mengendarai motor ini
sudah lama, kurang lebih empat tahun. Sehingga, dalam jangka waktu itupun aku
memiliki berbagai kejadian yang berkaitan dengan motorku ini. Nah, dari
berbagai banyak kejadian yang pernah aku alami saat mengendarai motorku ini, Aku
memilih menceritakan tentang awal aku berkendara motor di jalan raya.
Layaknya anak
yang ingin pintar membaca, mereka terlebih dahulu harus mengenal huruf secara
bertahap hingga dapat membaca kalimat secara sempurna. Seperti itu pula aku
yang ingin pintar mengendarai motor. Terlebih dahulu aku harus mampu mengenal
fungsi disetiap bagian-bagian alat yang ada di motorku. Setelah aku diberitahu
bagian-bagian alat pada motor oleh sepupu laki-lakiku, yang tersimpan di
memoriku hanyalah fungsi gas, rem, klakson, lampu, dan beberapa bagian alat
yang hanya digunakan secara umum. Lebih dari itu, aku sudah tidak paham lagi
tentang bagian motor yang lainnya. Yang jelas, aku mengetahui fungsi secara
umumnya saja. Kemudian, setelah mengetahuinya barulah aku mulai mencoba untuk
mengendarainya. Tak terlalu lama, sayapun dapat mengendarai motor kurang lebih
selama seminggu.
Dengan bekal
hasil pembelajaran selama seminggu mengendarai motor ditambah dengan
keberanianku, aku mencoba mengendarai motor di jalan raya sendiri. Perasaan yang
tergambarkan ketika pertama kali mengendarai motor di jalan raya ibarat lewat
dihadapan bapak polisi padahal kita tidak punya SIM. Jantung berdebar, tak
hentinya bersalawat, dan wajah yang tegang. Tidak hanya itu, ketakutan dan
kegelisahan bercampur aduk. Pemikiran tentang bagaimana kalau aku jatuh
dikeramaian, apa yang harus kulakukan? Bagaimana kalau tidak ada yang menolong?
Malahan orang-orang hanya menertawaiku saja. Itulah yang tergambarkan. Mungkin
sedikit lebay, tapi sungguh dihari itu mungkin hanya akulah satu-satunya
pengendara yang memasang wajah tegang. Tidak hanya itu, kecepatan motorku
jugalah yang paling lambat, mungkin becak lebih cepat berjalan dibandingkan motorku.
Tidak ada tujuan
tempat saat pertama kali mengendarai motor dijalan raya. Aku hanya benar-benar
ingin mencobanya. Sekitar 10 menit mengendarai motor, Aku mulai merasa baik dan
keberanianku semakin membesar. Kurasa, aku sudah bisa mengendarai motor dijalan
raya dengan cukup baik, berbekal keberanian dan hasil belajarku selama
seminggu. Perasaan dan pemikiran negatif yang terlintas tadinya juga semakin
memudar. Semakin lama aku mengendarai, semakin asyik kurasa dan bahkan aku
sudah berani menengok kanan dan kiri. Oh iya, tentu saja sebelum berkendara aku
menggunakan perlengkapan berkendara dengan lengkap. Ini adalah hal yang wajib,
menggunakan helm dan memakai sepatu tentu saja kukenakan.
Setelah berlama-lama
mengendarai motor dijalan raya, aku memutuskan untuk kembali ke rumah
beristirahat. Jalan yang aku lalui tentunya berbeda dengan jalan pulang. Rupanya
jalan pulang menuju rumah banyak yang berlubang saat itu, jadi aku sadar bahwa
aku harus lebih berhati-hati dibandingkan jalan sebelumnya. Namun, ditengah
perjalanan setelah melewati jalanan berlubang, aku dipertemukan dengan
kemacetan yang luar biasa. Saat itu, aku belum pandai untuk mendahului
kendaraan yang lain ketika ada jalan kosong yang dapat dilewati. Akhirnya, aku
hanya mengikuti jalurku saja. Namun, aku melihat kendaraan motor yang lainnya
bisa menyelinap begitu saja, aku merasa ingin melakukannya. Tapi, aku masih
takut untuk melakukannya. Beberapa menit berlalu, aku masih terjebak dengan
kemacetan. Dengan rasa ketidaksabaran yang terus bertambah, kuberanikan diriku
untuk mendahului kendaraan yang lainnya. Namun, ketika aku mulai mengarahkan
motorku ke bagian kanan. Rupanya, tiba-tiba mobil melaju hingga menabrak
motorku. Aku kaget dan akhirnya aku terjatuh. Untung saja, kecelakaan ini tidak
parah karena aku hanya memiliki luka kecil dibagian tangan. Bapak yang
melihatku terjatuh kemudian menolongku. Beberapa orang pun ikut membantuku,
mendorong motorku sampai dipinggir jalan dan menanyakan keadaanku dan beberapa
orang hanya melihatku saja bahkan mobil yang tadinya menabrakku pergi begitu
saja.
Aku tau bahwa
kejadian yang menimpah diriku karena kesalahanku sendiri, rasa yang tidak sabar
dan ingin meniru orang lain hanya membuatku celaka. Aku bahkan tidak memikirkan
sebelumnya dampak yang akan terjadi ketika aku mengikuti orang lain. Disatu sisi,
aku harus pula bersyukur bahwa rasa kepedulian yang ada didalam diri setiap
manusia mampu menolongku dalam kesulitan. Aku berterima kasih kepada bapak dan
orang yang membantuku ketika aku terjatuh. Ucapan terima kasihku bukan menjadi
penutup pembicaraanku dengan mereka. Tapi, mereka memberikanku nasehat saat
berkendara dan hal itu menjadi pelajaran juga bagiku. Aku akan mulai lebih
berhati-hati lagi saat berkendara. Setelah beristirahat beberapa menit dan rasa
sakit yang sudah mulai membaik, aku kembali bergegas mengendarai motorku untuk
sampai pada rumah. Setelah kejadian yang menimpaku saat pertama kali
mengendarai motor dijalan raya, tak lantas membuatku takut untuk melakukannya
lagi. Setelah jatuh dari motor, aku akan lebih berhati-hati dalam
mengendarainya. Bahkan dari kejadian itu aku lebih berani mengendarai motor
dijalan raya. Yang jelas, harus berhati-hati dan mematuhi aturan lalu lintas
saat berkendara. Selain dari itu, ketika berkendara jangan meniru pengendara
yang lain karena apa yang dilakukan pengendara lain khususnya motor belum tentu
baik untuk diri kita. Bagiku, berhati-hati dan menikmati perjalanan saat
berkendara salah satu kenikmatan ketika kita bisa mengendarai motor.